Jumat, 18 Maret 2011

ESENSI KEMURNIAN SEBUAH HINDU



Suatu hari ada seorang anak yang tanpa sengaja masuk pada ruangan arca dewa wisnu pada suatu kuil. Lalu dengan cepat sang ibu memanggil anaknya dan memarahinya “kamu jangan sembarangan masuk kesana, nanti dewa itu marah”.
Lantas sang anak bertanya “kenapa tidak boleh bu, saya ingin menyembah dewa itu”
Lalu ibunya menjawab “ jangan!!. Menyembah dewa wisnu harus bersih dan suci baik jasmani dan rohani. Jika tidak maka kau akan terkena musibah”
Lantas pada saat itu muncul pertanyaan pada diri sang anak, apakah saya salah karena ingin menyembah???

Suatu hari lagi ada seseorang yang terkena sial (dalam Hindu Tamil disebut KANDHAM) pergi ketempat pendeta dan disarankan agar menyembah dan memberi persembahan minyak pada Dewa-Dewa Nawa Graha, terutama kepada Dewa Raghu Baghawan dan Kethu Baghawan. Orang tersebut bertanya “kenapa harus pada dewa itu?” Sang pendeta menjawab “karena setiap kesialan yang ada pada manusia berasal dari Dewa itu”. “Lalu apa setelah selesai melakukan ritual, kita boleh menyembah dewa itu” Tanya orang tersebut. “Jangan, penyembahan Dewa Raghu Baghawan dan Kethu Baghawan hanya dilakukan jika orang terkena Kandham” jawab pendeta itu.

Hindu mempunyai 3 unsur yaitu philosophi, theosofi dan ritual. Dalam tubuh Hindu Tamil sendiri sangat terbudaya suatu ritual, jika seseorang ingin permohonannya di kabulkan maka harus membuat atau memberi pengorbanan pada Dewi Durga. Hal ini biasa dilakukan pada “Adhi Masam” (sekitaran bulan Agustus pada penanggalan Masehi), dan biasa dilakukan dengan ritual menusuk lidah menggunakan “sulem (senjata Dewi Durga)”, berjalan diatas bara api (disebut Thi Mithi), dan memberi persembahan Kambing atau Ayam yang disembelih.

”Di Bali ada suatu ajaran Sesat yang disebut leak Hitam dan biasa dikaitkan dengan Batari Durga. Dimana ajaran itu diberikan sang batari pada umat manusia dengan persembahan darah.

1.      Pertanyaan saya adalah jika Hindu mempercayai Dewa-Dewi sebagai manifestasi Tuhan maka kenapa hanya untuk menyembah Dewa Wisnu kita harus suci jasmani dan rohani, apakah untuk Dewa lain itu tidak perlu?
2.      Lalu jika ada Dewa yang dianggap merupakan Sumber kesialan, lalu kenapa disembah?
3.      Seluruh alam merupakan manifestasi Brahman, lalu kenapa untuk menyembah Dewa kita mengorbankan Brahman (Diri Sendiri dan Hewan)?
4.      Jika Betari Durga merupakan Sumber ilmu sesat yaitu Leak Hitam, menggapa Dewi Saraswati yang merupakan perwujudannya kita sembah?

Inilah persepsi Hindu versi nenek Moyang yang selalu terjadi. Kenapa saya sebut Versi nenek moyang, karena metode ini datangnya dari para leluhur kita, yang tidak boleh dipertanyakan kenapa, dan bagaimana. Dan kita dituntut untuk mengikutinya. Hal ini lah yang menimbulkan Ribuan tanda Tanya di HATI para umat, dan tidak pernah mendapat kebenaran. Sehingga cenderung membuat kesimpulan sendiri dan menjadi suatu aliran-aliran dalam Tubuh Hindu ( Inilah salah satu penyebab banyaknya aliran kepercayaan dalam Hindu).

Dalam berkembangnya suatu agama, hal itu memiliki dua faktor besar dalam kehidupan yaitu Budaya dan Agama. Ajaran agama akan tetap sama karena memiliki suatu panutan tertentu akan ajaran tersebut. Namun budaya adalah suatu kegiatan dan kebiasaan yang terjadi dan berbeda disetiap tempat, suku, maupun adat.

Sedangkan dalam penyebarannya agama sering dicampur-baurkan dengan budaya. Padahal tujuan sebenarnya mengapa agama disandingkan dengan budaya, tujuannya agar agama tersebut mudah diterima dan dimenggerti oleh masyarakat pada tempat tersebut (inilah alasan menggapa setiap tatacara keagamaan disetiap tempat berbeda-beda, walau agamanya sama). Namun yang jadi permasalahannya adalah pertama, mind seat orang tua kita terdahulu. Mereka sangat mensucikan dan mensakralkan agama tersebut sehingga tidak memperbolehkan ada pertanyaan-pertanyaan tentang ritual suci yang dilakukan, dan tidak jarang untuk menjaga rasa bakti dan hormat kita pada para dewa-dewa dibuat sebuah ancaman-ancaman (seperti cerita menyembah dewa wisnu diatas). Namun sebenarnya hal ini bertujuan untuk menjaga rasa hormat kita pada para Dewa-Dewa tersebut. Faktor kedua adalah sangat sedikitnya penjelasan yang disampaikan oleh orang tua kita terdahulu kepada generasi penerus antara batasan-batasan agama dan budaya, sehingga hari ini banyak dari kita yang tidak tau mana yang budaya dan mana yang agama (seperti beberapa kejadian yang saya ulas diatas).

Disamping kedua faktor tersebut masih banyak faktor-faktor lain yang terjadi akibat kesalahpahaman dan kurang mengertinya kita dalam mencerna sesuatu sehingga penyembahan suatu dewa dianggap kejam, hina dan lain-lain (salah satu contoh, pengkaitan Leak dengan Dewi Durga)

Untuk menjawab anggapan-anggapan tersebut maka akan saya memaparkan beberapa penjelasan :

Diatas banyak kita bicarakan menggenai Dewa-Dewi dan Arca, dan Sudah cukup banyak penjelasan yang dilakukan oleh para pakar-pakar agama, Buku-Buku yang diterbitkan tentang penggertian tersebut. namun malah membuat umat makin binggung, karena tidak jarang penjelasan yang satu malah bertentangan dengan yang lain.
 lalu sebenarnya apa arca itu??

Arca dikenal dan berasal dari Negara india, pada masyarakat Hindu Tamil Disebut “Selle”. Didunia ini Negara yang memiliki kebudayaan pertama dan tertinggi adalah India, yang dibuktikan dengan MOHENJO DARO dan HARRAPA yang sudah ada sekitar tahun 2600 SM (mungkin para pakar sejarah lebih mengetahui..!!). Masyarakat india adalah tipikal masyarakat sangat menghormati sesuatu yang dianggap bermanfaat untuknya. Pada saat munculnya “pengertian” tentang kehakikian JIWA dan ATMA, dan karena kecintaannya pada “pengertian tersebut maka dibuatlah arca.

Arca dibuat sebagai bahan penyampaian pesan dan informasi mengenai nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesucian, dan nilai-nilai spiritual kepada semua umat yang melihatnya. Dan salah satu alasan mengapa arca dibuat adalah agar informasi-informasi mulia itu dapat menyebar dan didapatkan siapa saja tanpa terhalang kondisi tempat dan waktu. Pada zaman yang terbilang kuno itu, para leluhur kita sudah memikirkan cara, bagaimana kita yang berada jauh dari india tapi tetap dapat menerima informasi-informasi suci itu. Dan hasilnya kita yang berada jauh di belahan bumi manapun telah dapat menggenal para Dewa-Dewi tersebut dengan suatu metode arca.

Saat ini telah banyak buku atau karangan tentang Filosofi Makna Arca. Sebagai contoh saya akan mengupas sedikit tentang Arca Ganesha.

Kenapa Arca Dewa Ganesha Diberi kepala Gajah berbadan manusia. Pada Arca ini informasi yang ingin disampaikan adalah:
·         mata yang kecil melambang kan ketajaman artinya manusia dituntut untuk teliti dalam hidup, dalam memutuskan Sesuatu yang baik dan yang salah.
·         Telinga yang besar dan mulut yang kecil artinya menghimbau kita agar lebih banyak mendengar sebagai tambahan wawasan dan sedikitlah berbicara, karena pembicaraan yang tidak perlu hanya akan menimbulkan masalah.
·         Belalai adalah simbol bekerja keras, pantang menyerah dan ulet dalam melakukan sesuatu. Lihat saja, seekor gajah dapat melemparkan batu seberat puluhan ton tapi juga dapat mengangkat sehelai daun kecil tanpa merusaknya.
·         Gading yang hanya satu dan yang satunya retak/pecah, mengajarkan kita untuk memecahkan dualitas pikiran dalam diri kita dan hidup dalam kepasrahan Brahman. Kita selalu hidup dengan berazaskan suka atau tidak suka, hal inilah yang menimbulkan penderitaan. Hiduplah dengan berpasrah diri lakukan semuanya dengan iklas maka kebahagian akan kita dapat.
·         Perut yang besar, memberi kita informasi agar tetap tenang dalam menghadapi seluruh masalah kehidupan

Inilah sedikit filosofi tentang Arca Dewa Ganesha, demikian juga seluruh Arca yang ada. Itu semua dibuat dengan maksud menyampaikan pesan moral, tata cara kehidupan hingga mencapai kesempurnaan bukan saja pada Umat Hindu tapi pada manusia yang melihatNya.

Lalu Kenapa Arca itu Disembah???

Alasannya adalah seperti yang kita tahu bahwa Umat Hindu India adalah tipikal masyarakat sangat menghormati sesuatu yang dianggap bermanfaat untuknya. Karena hal ini, Simbol Arca tersebut dianggap sebagai Guru Suci yang telah berjasa, dan menyembah adalah cara penghormatan tertinggi pada kebudayaan India.

Dari alasan ini jugalah, mengapa Umat Hindu India memajang dan Menyembah Foto Orang Tuanya yang telah meninggal dunia, Hal ini karena penghormatan terbesar dalam hidup manusia adalah Orang Tuanya.

Dari hal inilah muncul konsep mengapa Umat Hindu India tidak memakan lembu, karena lembu merupakan hewan yang dipakai untuk berkendara, dipakai sebagai alat membajak sawah (berfungsi sebagai ayah dalam mencari nafkah) dan diperah untuk diambil susunya (berfungsi sebagai ibu yang memberikan susu pada anaknya) maka tidak ada suatu ke-tega-an terbesar selain membunuh dan menyembelih simbol dari ayah dan ibu tersebut.

Dari konsep ini juga menggapa ada seorang pahlawan yang saat ini dikatakan Dewa oleh Umat Hindu Tamil di indonesia, “MADURAI WIRAN” beliau adalah seorang pahlawan dari Kota Madurai salah satu kota di Tamilnadu, India Selatan. Kata “MADURAI VIRAN” sendiri berarti “PEMBERANI dari kota MADURAI”, Karena Jasanya beliau sangat dihormati sehingga setelah wafat dibuat arca untuk menggenangnya dan untuk menghormatinya arca itu disembah oleh warga kota itu. Dan dengan persepsi yang salah masyarakat Hindu Tamil Indonesia menyembahnya sebagai Dewa. Namun dibalik semua ini, hal ini dilakukan karena rasa penghormatan dan cinta kasih yang begitu besar terhadap mereka.

Seorang Dewa dikatakan harus disembah secara suci, bersih, sangat sakral, hal ini adalah cara yang dilakukan para leluhur kita agar kita dapat menghormati para Dewa-Dewa tersebut. Mereka akan menyakralkan menyembah Istha Dewatanya, dan Istha Dewata setiap orang berbeda-beda. Itulah kenapa muncul persepsi, menyembah Dewa ini harus suci, Dewa yang itu tidak, dan lain sebagaiannya.

Dan terkadang mereka menakuti kita jika kita mempermainkanNya. Namun inilah cara mereka, dengan pemikiran mereka yang sangat jauh dari kita saat ini agar kita tetap hormat dan tidak mempermainkan secara sembarangan tentang Dewa tersebut.

Kenapa alasan ini tidak dikatakan pada para leluhur kita, sehingga kita tahu akan maknanya?
Jika hal ini dikatakan pada leluhur kita dahulu, daya pikir mereka tidak akan dapat menerima. Karena walaupun memiliki kebudayaan yang maju tapi daya nalar mereka sangat jauh dengan kita sekarang.

Seperti ketika anda memberi makan semut, jika anda memberikan segengam gula disarangnya maka mereka akan lari ketakutan, mereka akan kacau. Seperti itulah jika hal tersebut dikatakan secara harfiah pada para leluhur kita. Maka cara yang paling benar adalah biarkan sang semut mencari sendiri makanannya. Seperti kita yang selalu mencari kebenaran yang abadi.

Lalu menggapa Banyak Dewa-Dewi didalam Hindu…??

“DEWA-DEWI MERUPAKAN JALAN MENUJU BRAHMAN”. Hal ini sering disalah artikan oleh umat sedharma. Sehingga tidak jarak mereka melakukan ritual-ritual yang berbau gaib dan mengatas-namakan Dewa-Dewi tersebut yang akhirnya mencelakakan moral dan budi pekerti diri sendiri dan orang lain.

Banyaknya Dewa-Dewi dalam Hindu adalah karena faktor “menghormati dan kecintaan” seperti yang kita ulas diatas tadi. Sehingga pada saat suatu arca dibuat dengan suasana kecintaan luar biasa dan tujuan yang mulia, maka akan menghasilkan hal yang mulia pula. Dan karena begitu banyaknya informasi mulia yang akan disampaikan pada umat manusia guna pencapaian kesempurnaan, maka dibuat arca dan Dewa-dewi tersebut yang kesemuanya itu merupakan simbol-simbol informasi agar kita dapat mencapai kesucian dan kesempurnaan. Inilah dasar dan alasan mengapa dikatakan Dewa-dewi merupakan jalan menuju Brahman.

Maka dari pada itu, penghormatan tertinggi dan rasa terima kasih yang amat mendalam saya panjatkan pada konsep-konsep yang ada, karena dari konsep-konsep itulah akan muncul suatu pencerahan yang menimbulkan konsep lain. Karena Hindu tidak pernah menggajarkan menyalahkan sesuatu, Hindu selalu mengajarkan kebenaran, karena dari sebuah kebenaran kita akan berangkat ke kebenaran yang lebih hakiki. Sungguh tidak berbaktinya kita sebagai umat, jika kita mempolitisir suatu konsep demi kebutuhan kita, yang akhirnya berpengaruh jelek pada perkembangan umat dan mental Hindu dimasa mendatang.

Semoga tulisan ini menambah pengetahuan kita.

Namaskar,,
Aum Shanti, Shanti, Shanti Aum.
._/\_.


Senin, 14 Maret 2011

Dibalik Arti "HUKUM KARMA"

Disuatu tempat ada seorang anak sedang mencaci dan memaki orang tuanya tanpa sebab yang jelas, sehingga orang tuanya merasa sangat sakit hati dan sambil menangis dia berkata " nak, kau akan menerima karma atas perbuatanmu"

Ditempat lain ada seorang koruptor sedang memberi makan ribuan anak yatim-piatu dengan uang hasil korupsinya. Dan dalam hati ia bergumam “semoga karma baik menghampiriku”

Kemudian ditempat yang lain lagi, ada seorang karyawan yang dalam hidupnya selalu melakukan bakti terhadap orang tua, sesama, dan kepada yg maha kuasa. Dalam hidupnya selalu bekerja keras dan selalu melakukan dharma. Suatu hari melihat seorang teman yang sangat dikenalnya dia membatin “ lihatlah dia, hidupnya selalu menyengsarakan orang lain, semua kejahatan dilakukannya tanpa sungkan. Namun lihatlah kehidupannya, dia tidak kekurangan suatu apapun. Sementara aku, untuk makan saja terancam,… hahhh,… mengapa karma tidak adil,.. apakah hukum karma itu ada dan berjalan…”

Dari cerita-cerita diatas, kita banyak mendengar tentang karma. Sebenarnya apa arti karma tersebut…???
Hindu mempercayai hukum karma, “apa yang ditanam maka itulah yang akan dituai, dan siapa yang menanam maka ialah yang akan menuai”. Dengan kata lain apa dan siapa yg melakukan, maka dia sendiri yang akan menerima hasilnya. Baik yang ditanam hasilnya akan baik, buruk yang ditanam hasilnya juga akan buruk.

Beberapa agama dan kepercayaan lain tidak percaya pada konsep karma. Mereka percaya pada konsep “PAHALA” dan “DOSA” serta “SURGA” dan “NERAKA”. Banyak-banyaklah berbuat pahala maka suatu tempat yang bernama surga, dimana tempat itu adalah suatu alam yang penuh dengan kenikmatan akan kita terima setelah mati. Dan jangan berbuat dosa agar suatu tempat bernama neraka, dimana tempat itu adalah suatu alam yang merupakan sumber penderitaan tidak kita terima setelah mati.

Lalu apa perbedaan kedua konsep diatas…???

Atas dasar “karma baik” dan “Pahala” manusia didunia selalu melakukan kebaikan dengan harapan akan mendapat hasil yang baik pula, atau harapan akan mendapatkan pahala untuk masuk surga.

Pertanyaannya,…
“JIKA TIDAK ADA IMBALAN SURGA DAN TEMPAT PENGHUKUMAN NERAKA, SERTA TIDAK ADA IMBALAN BERUPA HASIL YANG BAIK DARI MENANAM KEBAIKAN,.. APAKAH MANUSIA MASIH MAU BERBUAT BAIK…???”
Manusia selalu menuntut imbalan dan menginginkannya dalam setiap prilaku yang dilakukan.
Hari ini sistematika dari kedua konsep diatas yang sebenarnya sangat berbeda menjadi tidak ada bedanya sama sekali.

Manusia melakukan hal-hal yang baik agar mendapat karma baik, dan melakukan kebajikan agar mendapat pahala untuk masuk surga. Tanpa memikirkan orang lain,.. memikirkan orang lain hanya sebuah sketsa agar mendapat keuntungan untuk diri sendiri. Salah satu contoh, lihat berapa banyak bendera golongan dan par-pol ditempat kejadian bencana…

Bayangkan jika pola pikir seperti ini yang dianut oleh Arjuna dalam kisah Mahabrata, maka perang Khuruksetra tidak akan terjadi dan duryodhana akan terus berkuasa…

Jika para pahlawan kita menganut prinsip seperti itu maka, hari ini Indonesia masih dalam penjajahan.

Membunuh,.. apapun alasannya adalah suatu karma buruk yang akan mendatangkan hasil buruk, dan dosa yang akan menjadi tiket untuk ke neraka.

Tapi coba pikir,..
mengapa arjuna mau berperang, mau membunuh sanak saudaranya sendiri, sehingga hari ini kita bisa memiliki kitab Bhagawad-gita yang sangat kita agungkan…

mengapa para pahlawan itu mau berperang, mau membunuh walau mengorbankan jiwa dan raganya, sehingga hari ini kita bisa hidup aman dan tentram di Negara kita tercinta ini..

MENGAPA…???
Karma adalah hukum kehidupan, “apa yang ditanam maka itulah yang akan dituai, dan siapa yang menanam maka ialah yang akan menuai”.
Hindu memberitahu kita tentang hukum nyata yang ada dalam kehidupan, bukan tentang perjudian yang jika pasang besar menang besar, pasang kecil menang kecil.

Ada satu gurauan berbunyi “saya yakin orang-orang yang telah mati itu semuanya merasa senang…!! Buktinya tidak ada satu pun yang kembali lagi kemari”.

Karma itu diberitahu agar difungsikan sebagai bahan intropeksi “kedalam diri” bagi manusia, bukan sebagai sumber ketakutan atau sumber penjaminan kebahagiaan.
Saya rasa tidak ada lagi suatu hal yang bisa menakuti manusia saat ini.

Kita tidak perlu mempermasalahkan kepercayaan orang atau angapan orang tentang konsep-konsep yang ada, yang perlu adalah kita dapat mempertahankan konsep yang ada agar tidak menyerupai konsep yang lain. Karena fungsi konsep-konsep itu ada sendiri dan dengan mengabungkannya tidak akan menambah apapun, justru akan menghilangkan arti sebenarnnya dari konsep tersebut.

Karma ada untuk menciptakan kesadaran manusia. Maka mulai saat ini pecahkanlah dualitas dalam diri kita, hiduplah
dengan berserah diri pada yang kuasa. Berserah diri, bukan berarti tidak berusaha. Tetap berusaha, namun jangan harapkan imbalan apapun. Serahkan semua hasil hanya pada-Nya, biar Dia yang menentukan.

Jangan jadikan Tuhan itu begitu rendah, sehingga kita beranggapan Dia akan memberi kalau kita meminta. Dia lebih tau
apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Lakukan segalanya dengan kepasrahan hati dan berserah diri, bukan karena imbalan hasil yang baik atau tempat bernama surga.

Jangan bersedih jika hasil yang diterima tidak sesuai yang diharapkan, jika tidak mengharapkan maka tidak akan ada kesedihan. Berbahagialah karena apapun hasilnya, benih yang ditanam telah berbuah, maka nikmati hasilnya dengan berserah diri.

Ingatlah…”tidak ada seorang pun didunia ini yang tau dengan pasti apa yang akan terjadi kedepan, walau hanya 1 detik”

Bhagawad gita (II,16) mengatakan “ Apa yang tiada tak kan pernah ada. Apa yang ada tak akan berhenti ada. Keduannya hanya dapat dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran”.

Namaskar,,
._/\_.
“Semoga bermanfaat”